[LN] Mika No Kitai - Part I ( Bagian 1 )

Yooo Yoo Semuanya . . .

Udah lama nih mnchealthdonesia gak ngepost di blog, soalnya lagi sibuk ngerjain nih cerita di wattpad hehe *sekalian main game sih :D

So , hari nih mnchealthdonesia akan membagikan salah satu cerita terbaru dari wattpad mnchealthdonesia . .

Mika No Kitai 


Kisah seorang anak kecil bernama Mika yang bercita - cita menjadi seorang prajurit bayaran di kota Tryent .
Tapi , ada suatu kejadian buruk mendatangi mika , yang membuat dirinya bimbang .
Apakah dia tetap bercita - cita menjadi seorang prajurit bayaran atau malah sangat membenci yang namanya prajurit bayaran ?
Keputusan yang harus dia ambil diusianya yang masih tergolong muda , jalan manakah  yang akan dia plih ?


Genre : Adventure , Fantasy , Action , Drama , Longstory .



Oke daripada kelamaan yok dibaca . . 
Ups tapi part pertamanya dibagi2 ya , kepanjangan soalnya :D


Part 1 ( bagian 1 )

" Mika , ayo cepat kita pergi . "
" Iyyaaaaa. . . ! "
Hari nih kakak mengajakku pergi ke Tryent untuk menjual hasil kebun kami. Tryent merupakan pusat kota dari kerajaan Ptoyes. Jarak dari tempat tinggal kami yang berada di kaki Gunung Weep memakan waktu sekitar 3 Wislta ( 1 wislta = 50 menit ). Karena hal itulah kami berangkat sejak dini hari agar tidak terlalu kesiangan sampai disana.
Di Tryent banyak hal yang bisa dijumpai , dari toko – toko yang menjual berbagai kebutuhan, makanan yang enak – enak, banyaknya prajurit – prajurit yang berkeliaran disana dan masih banyak lainnya. Tapi dari itu semua paling kusenangi ketika disana adalah mendengarkan cerita – cerita prajurit bayaran yang berkelana ke berbagai tempat.
Salah satu bar yang berada di dekat pintu masuk kota Tyrent terkenal akan tempat berkumpulnya para prajurit bayaran. Prajurit – prajurit tersebut tidak hanya sekedar makan dan minum saja, ada dikalanya mereka membuka sesi untuk bercerita tentang pengalaman – pengalaman mereka ketika menjalankan misi. Cerita – cerita mengenai dunia luar yang belum diketahui itulah menjadi daya tariknya. Banyak informasi yang sama sekali belum pernah terdengar, bisa kita dapatkan dari para prajurit bayaran tersebut . Hal ini yang kutunggu ketika datang ke Tryent .
" Kakak . . . kakak . . . " panggilku sambil menarik – narik lengan baju kak Mari.
" Kenapa Mika ? "
" Nanti waktu kakak menjual sayurnya , aku pergi ke bar ya. "
" Mau ngapain ? " tanya kak Mari heran.
" Kamu mau mabuk ? "
" Enggak enggak kak. Aku mau dengar cerita prajurit bayaran . "
" Oh iya iya kakak tahu. Tapi, jangan lama – lama, ketika sudah tengah hari kamu jumpain kakak di depan gerbang Tryent. "
" Tapi, ada 1 lagi kak. "
" Apa ? ? "
" Bagi 2 keping perak kak hehehe. " jawbaku dengan sedikit ketawa.
" Nanti disana ya. "
" Yipeee . . . "
Sepanjang perjalanan aku senyum – senyum dan ketawa sendiri membayangkan ketika disana nanti. Aku sudah menyiapkan segala keperluanku dari rumah. Koran bekas yang kudapatkan dari Ayah ketika ia kembali dari Tryent kemarin malam dan juga beberapa tinta untuk menulis apa saja yang menarik dari cerita – cerita para prajurit nanti.
Rasa lelah karena harus berjalan sambil menarik gerobak barang dari hasil kebun tidak terasa sama sekali. Semua rasa lelah itu seakan hilang ketika tadi kak Mari mengizinkanku untuk ke bar dengan membawa 2 buah keping perak. Cukup untuk mendengar 1 atau 2 cerita dari para prajurit disana. Aku sangat tidak sabar ingin cepat – cepat sampai disana dan langsung menuju bar. Ditambah lagi karena cuaca pagi hari yang masih sangat sejuk membuat badan menjadi segar.
Kak Mari seperti tidak menghiraukan sikapku, karena dia hanya memikirkan agar hasil kebun kami tidak ada yang jatuh dan rusak satu biji pun. Sehingga harga jual dari hasil kebun kami tetap tinggi. Hasil kebun kami ini memang paling banyak dari biasanya . Ada 4 kotak besar di dalam geborak, padahal paling besar ketika panen kami hanya membawa 2 – 3 saja. Kubis, tomat, cabai, mentimun, dan beberapa sayuran lainnya memenuhi kotak – kotak di gerobak barang kami. Melihat banyaknya hasil yang dibawa , membuat kak Mari menjadi sedikit was – was dan senang.
Ia takut karena bawaan kami yang banyak, adanya perompak yang akan mencuri dagangan kami semua dan senang karena akan banyak keping perak yang didapat, mungkin bisa mendapat sekeping emas ( peraturan kota Tryent, 1 keping emas = 880 keping perak ). Dengan keping sebanyak itu mungkin perbekalan makanan kami bisa untuk 1 – 3 bulan ke depan tanpa harus membeli lagi.
Dari kejauhan sudah nampak gerbang besar untuk masuk ke Tyrent, tidak terasa ternyata kami sudah berjalan cukup jauh. Mungkin karena memikirkan sesuatu yang indah – indah maka perjalanan kami tidak terasa lelah dan jauh. Nampak dua prajurit kerajaan Ptoyes yang menjaga gerbang tersebut. Salah satu prajurit berlari ke arah kami . Aku kurang tahu alasannya dia sampai berlari ke arah kami. Apa kami tidak boleh masuk kesana lagi ?
" Sudah biar saya saja yang bawa. " kata prajurit yang berlari ke arah kami. Ia berlari dengan menggunakan pakaian zirahnya lengkap dengan sebuah pedang disebelah kanan pinggangnya. Warna rambutnya sedikit kekuningan menandakan khas orang Ptoyes. Ditambah wajahnya yang sedikit tirus, badan yang tinggi, kulit sedikit pucat dan mata yang nampak agak kecil, memang sangat khas orang Ptoyes.
Lalu sang prajurit tersenyum ke arah kak Mari dan mengambil tarikan dari gerobak tersebut.
" Terima kasih, tuan. " kata kak Mari sambil sedikit menundukkan kepala.
" Tidak usah sungkan. Lagian barang sebanyak ini masa dibawa oleh seorang gadis dan adiknya yang masih kecil ini. Tidak tega aku melihatnya. " jawabnya sambil berjalan berbarengan dengan kami.
" Nanti mau ke pasar kan ? Saya temani ya. "
" Tidak usah repot – repot Tuan . Saya dan Mika saja bisa. "
" Sudah tidak apa – apa. Ini kan juga tugas saya sebagai seorang prajurit harus menjaga rakyat Tryent. Oh ya Mika katanya kamu suka ke bar untuk mendengar cerita para prajurit bayaran ya? "
" Iyaaaa . . . aku sangat suka cerita mereka. Hiyaaahh Hiyaaah . " Jawabku dengan girang sambil mempraktikkan gerakan – gerakan menggunakan pedang.
" Hahaha . . . Nih kakak ada beberapa keping perak , bawalah untuk melihat cerita mereka. " ia melemparkan beberapa keping perak ke arahku .
" Heeee . . . ini 6 keping perak . . banyak sekali . " aku hanya terpaku melihat keping perak yang berada di tanganku.
" Tuan, maaf kami jadi merepotkan. " sambung kak Mari dengan nada yang mengecil.
" Tidak apa – apa loh Mari, jangan sungkan . " katanya dengan senyum lebar.
Kami sampai di depan gerbang Kerajaan Ptoyes, salah satu prajurit jaga kemudian membukakan pintu untuk kami bertiga.
" Ingat Tooru, jangan kelamaan. Ketahuan komandan prajurit habis riwayat kita. " pesan prajurit penjaga tersebut kepada prajurit yang bersama kami.
" Ay ay kapten . Hanya mengantarnya sampai di tempat penjualan saja. "
Sedangkan aku dan kak Mari hanya tersenyum sambil menundukkan sedikit kepala seperti tanda hormat dan terima kasih.
Begitu melewati gerbang masuk, kami langsung disambut oleh suasana kota Tryent yang sangat ramai. Banyak orang yang lalu lalang didepan kami . Meskipun sudah beberapa kali kami datang ke sini, tapi atmosfer kota Tryent yang sangat ramai ini selalu membuat kami menjadi sedikit gugup.
" Kak, aku ke bar dulu ya. " jawabku memecahkan suasana .
" Ah iya iya, tapi ingat yang kakak biil. . . "
" Okeeeee . . " jawabku langsung berlari menuju bar yang berada di sebelah kanan dari gerbang masuk.
" Huuuuh dasar anak – anak . . " gumam kak Mari.
" Hahaha . . . ya udah kalau gitu giliran kita sekarang. Di tempat penjualan biasa kan ? " sambung Tooru.
" Iya , tuan. Mohon bantuannya. "
" Hmm . . . " jawabnya dengan sebuah senyuman.
Mereka berdua berjalan ke arah utara, tempat langganan jualan hasil panen kami berada di ujung perkotoan di kota ini. Tooru dengan semangat mengantarkan kak Mari ke toko tersebut. Sedangkan kak Mari hanya diam berdri saja sambil terus memperhatikan bawaannya.
-----
Done part 1 ( bagian 1 )
Bagi kamu yang ingin membacanya diwattpad kamu bisa mengklik link dibawah ini :

Mika No Kitai
Oh ya di wattpad update duluan ya baru di blog :D

0 Response to "[LN] Mika No Kitai - Part I ( Bagian 1 )"

Posting Komentar