Cerita Pengalaman Seks Di Kelas 3 SMP

Cerita pengalaman SedarahCerita Pengalaman SekolahCerita pengalaman SelingkuhCerita pengalaman susterCerita Pengalaman TanteCerita Pengalaman Bersama Teman.
Cerita Pengalaman Seks Di Kelas 3 SMP
Cerita Pengalaman Seks Di Kelas 3 SMP
 CeritaPengalaman.com - Aku memang tumbuh lebih cepat dibandingkan teman-teman sebayaku. Di SMP kelas 3, aku sudah mencapai tinggi 160cm. Termasuk tinggi dibandingkan teman-temanku yang lain, bahkan melebihi tinggi cukup banyak anak laki-laki.

Payudaraku jg sudah cukup menonjol. Aku sudah tidak memakai mini set lagi, tetapi sudah memakai BH. Ukurannya 34B. Akupun jg sudah mulai tertarik dgn lawan jenis. Ingin sekali punya pacar.
Aswin termasuk anak laki-laki yang pintar.

Senang bermain basket dan aku senang jadi cheerleadernya. Dia bermain basket karena tingginya yang kurang. Supaya cepat tinggi katanya. Memang pada waktu itu dia cuma 158 cm. Jadi aku lebih tinggi darinya.

Kejadian awal kenapa kami pacaran sangat lucu. Suatu hari setelah bel pulang,aku kebelet pipis dan berjalan cepat ke WC sekolah. Anak-anak yang lain segera pulang. WC sekolah kami terletak di ujung bagian belakang. Jadi sekolah sudah mulai sepi dan di daerah WC tidak ada orang. Akupun mulai berjalan lebih cepat lagi.

Tiba-tiba Aswin keluar dari WC Pria dgn sangat cepat. Tidak terelakkan kami pun bertabrakan. Aku terjatuh terjengkang dgn rok tersingkap ke atas. Aswin terjatuh menimpa diriku dgn kepalanya mendarat tepat di buah dadaku.

Kami sepertinya cukup shock karena posisi kami tidak berubah untuk beberapa detik. Aswin kemudian tersadar kalau kepalanya mendarat di payudaraku. Dia segera mendorong tubuhnya ke atas, tetapi yang menjadi tumpuan kedua
tangannya malah payudaraku.

Dia semakin salah tingkah. Lompat ke belakang dan melihat pemandangan yang cukup indah. Ya.. aku masih tergeletak dan berusaha duduk dgn rok yang tersingkap. Aswin jelas-jelas telah melihat paha mulusku dan celana dalam Hello Kitty berwarna pink.

Segera kuperbaiki posisi senonohku.
“Maaf Oki.. Aku tidak sengaja menabrakmu.”
Aswin meminta maaf sambil memalingkan mukanya.
“Ya tidak apa-apa,Win.. Aku jg buru-buru.. kebelet nih.”
Aku segera masuk ke WC Perempuan dgn muka merah.

Akupun segera jongkok dan melepas air seniku dgn deras. Ah.. kenapa tadi pas Aswin menyentuh payudaraku, aku berasa enak yah? Akupun memegang-megang dadaku dan sedikit meremasnya. Beda rasanya.

Kenapa beda yah rasanya? Aku tidak mau berpikir lebih lanjut lagi. Aku menyelesaikan urusan kencingku, menarik celana dalamku dan keluar.
Ternyata Aswin masih menunggu di luar WC.
“Kok kamu masih di sini sih Win?”
“Iya nungguin kamu. Aku masih merasa bersalah sudah nabrak kamu….”
Aswin menundukkan kepala
“.. dan sudah memegang dada kamu.”
Wajahku memerah. Malu.
“Ti.. tidak apa-apa, Win.”
“Benar tidak apa-apa, Ki?”
“Iya.. tidak apa-apa. Malah anehnya aku berasa enak.”

Aswin terkejut dan mukanya menunjukkan keheranan. Melihat reaksi Aswin, entah kenapa aku malah berkata,
“Iya, Win.. tidak apa-apa.. malah enak kok. Kalau kamu mau, pegang lagi saja.”
Rupanya ini jawaban dariku yang memulai petualangan seksku.
Aswin langsung bergetar.
“Benar, Ki? Boleh pegang lagi?”
“Iya, Win. Nih…” Aku membusungkan dada menyodorkan mereka ke Aswin. Kedua tangan Aswin perlahan-lahan mendekati dadaku. Gemetaran. Ketika menyentuh dadaku, dia menekan lembut. Secara naluriah, Aswin mengelus-elus dadaku. Aku merasa kenikmatan yang belum pernah kurasakan. Aku pun memejamkan mata menikmati belaian lembut di dadaku.

Aswin melepaskan tangannya dariku dgn tiba-tiba. Aku membuka mata keheranan dan melihat Aswin merogoh ke dalam celananya.
“Kenapa, Win?”
“Ini aku membetulkan posisi ini aku” Sambil Aswin menunjuk selangkangannya.
“Kenapa memangnya?”
“Tahu nih.. tiba-tiba dia mengeras dan posisinya tidak enak.”
“Apa sih yang mengeras?” Tanganku dgn cepat meraba selangkangan Aswin.
Aku merasakan seperti ada batang keras tapi lunak.
“Apa sih ini Win?” Aku yang belum pernah melihat kelamin anak laki-laki jadi bingung.
“Ini tititku, Ki. Tahu nih.. tiba-tiba dia mengeras.”

Aku pun secara naluriah mengelus-elus titit Aswin dari luar celananya. Aswin mendesah kenikmatan. Aku senang sekali melihat Aswin yang menikmati belaianku di selangkangannya. Rupanya aku jg sudah terangsang walaupun belum begitu mengetahui perasaan ini sebelumnya. Tangan Aswin aku tarik untuk mengelus dadaku.

Jadi kami di depan WC sekolah saling membelai. Aswin membelai lembut baju seragam SMP-ku yang menutupi BH. Tangannya menelusuri bentuk BH dan kadang-kadang meremas dadaku. Enak sekali. Nyaman. Ingin rasanya terus-menerus seperti ini.

Tanganku pun tidak berhenti membelai selangkangan Aswin. Sesekali kuremas. Nafasku dan nafas Aswin semakin memburu. Tangan Aswin semakin seru meremas-remas dadaku.

 Akupun tidak kalah seru menggosok-gosok selangkangannya. Tidak lama kemudian Aswin mendesah keras. Tangannya menahan tanganku pas di ujung tititnya. Aswin mendorong-dorong pantatnya sehingga tanganku semakin menekan tititnya.

“Ah… Enak banget.” Aswin mendesah…
Tidak lama kemudian tanganku merasakan kehangatan yang lembab di celana Aswin.
“Eh kok basah sih, Win?”
Aku melihat celana Aswin yang ada bercak basahnya.
“Kamu pipis yah? Kok pipis di celana sih?”
Aswin kebingungan.

“Bukan kok, Ki. Bukan pipis.. tapi tadi rasanya memang aku menyemprotkan sesuatu.”
“Ih.. Aswin jorok ah. Sana masuk wc. Bersihin gih.”
Aswin segera ke wc dan membersihkan diri.
Aku mencium tanganku yang bekas kena noda basah itu. Iya, yah.. bukan bau pipis.. tapi kayak bau Bayclin.

Aku pun masuk ke wc perempuan dan mencuci tangan. Tetapi aku merasakan celana dalamku jg tidak nyaman. Aku merogoh rokku dan menyentuh celana dalamku. Basah. Hah? apa aku jg pipis tadi? Akupun mengangkat rokku dan meraba lebih dalam. Memang basah.. dan aku cium baunya.. bukan bau pipis.

“Ki.. Oki.. kamu di WC?” panggil Aswin dari luar.
“Iya Win.. bentar aku keluar”
Aku merapikan pakaianku. Wah.. baju seragamku kusut. Terutama di bagian dada. Bisa ketahuan orang-orang nih.

Aku keluar dan memperhatikan Aswin. Noda basah di celana Aswinpun terlihat jelas. Bajuku kusut dan celana Aswin basah. Apa kata orang-orang nih.. Untungnya sekolah sudah sepi. Kami berjalan bergandgn tangan tanpa bicara. Hari itu kami secara tidak resmi jadian.
Esok harinya Aswin mendatangiku mengajak makan siang. Teman-teman perempuanku langsung meledek..

“Yeee.. jadian yah?” ledek mereka
Aku tidak menghiraukan mereka dan menarik tangan Aswin untuk menjauh.
“Ki, mau makan apa?”
“Aku mau makan bakso aja ah.”
Aswin memesan bakso dan nasi goreng untuknya. Kami makan saling berhadapan tanpa berbicara. Aku makan sambil terus menundukkan kepala. Malu jg. Aku belum pernah pacaran.

Aswin memecah keheningan. Hening rasanya. Walaupun sebenarnya pas jam makan siang, kantin selalu ramai. Aswin berbisik,
“Nanti pulang, lagi yuk?”
Aku mengangkat kepala melihat Aswin sejenak dan menganggukkan kepala sambil memerah mukaku.
“Kita ke rumahku saja. Orangtuaku sedang keluar kota. Jadi tidak ada orang di rumah selain pembantu.” Aswin menjelaskan.

Memang Aswin termasuk keluarga yang cukup berada. Kami pernah kerja kelompok di rumahnya. Rumahnya berlantai tiga. Kamar Aswin sendiri ada di lantai 3. Kamar pembantu Aswin ada di lantai satu, itupun di bagian belakang rumah.

“Tapi nanti aku harus telepon mamaku dulu. Bilang kalau ke rumah kamu. Takut dicariin.”
Mamaku memang sudah tahu kalau aku sering kerja kelompok di rumah Aswin. Jadi ketika pulang sekolah aku menelepon memberitahu aku tidak langsung pulang, mama tidak curiga. Cuma menanyakan kapan selesainya. Aku bilang jam 6 sore.

 Aswin yang mendengar percakapanku dgn mama, tersenyum.
Pulang sekolah, aku sengaja berlama-lama membereskan tasku. Menunggu teman-teman yang lain pulang dulu. Aswinpun demikian. Kami pulang berdua bersama. Rumah Aswin tidak terlalu jauh dari sekolah. Hanya naik angkot selama 10 menit saja.

Selama perjalanan dari sekolah, kami tidak berbicara. Saling menundukkan kepala. Akhirnya kami turun dari angkot dan berjalan sedikit ke dalam. Aswin memencet bel rumahnya dan pembantu membukakan pintu.
“Mbok Inem, Oki dan saya mau kerja kelompok di kamar saya. Mbok tolong bawain minum yah ke atas.”
“Baik, dek Aswin.” Kami segera ke atas menuju kamar Aswin.
Aku sudah terbiasa dgn suasana kamar Aswin.

Sudah beberapa kali aku masuk ke kamarnya. Mungkin sudah 6-7 kali kerja kelompok. Tapi kali ini cuma aku sendiri yang datang. Aku duduk di tepi ranjang Aswin sambil memperhatikan lebih jelas ruangan kamar ini.

Tidak lama Mbok Inem masuk membawa minuman dan meletakkannya di meja belajar.
Aswin yang baru keluar dari kamar mandi memberitahu Mbok agar istirahat saja. Karena memang kalau sore jam 3 biasanya Mbok Inem yang cukup senior umurnya, tidur siang. Aswin terlihat lebih segar karena sudah mandi. Kelihatannya segar sekali.

Kamar mandi Aswin memang ada di dalam kamarnya. Aku yang sudah gerah kepanasan sejak tadi siang ingin segera mandi jg. Tetapi aku tidak membawa baju ganti.
“Win, pinjam baju dong. Aku mau mandi jg ah.”
“Kaos mau?”
“Boleh..Handuk jg dong.”
“Nih.. pakai yang ini aja.”

Aku pun segera masuk dan mengunci kamar mandi. Kutanggalkan satu per satu pakaianku. Seragam SMP-ku basah karena keringat. Bahkan sampai ke BH dan celana dalam. Aku gantung semua pakaian-ku supaya bisa cepat kering.

Aku pun masuk ke dalam bath tub. Tidak berendam karena tidak mau berlama-lama mandinya.
Shower di bathtub mengguyur badanku. Air sejuk sungguh menyegarkan. Sabun mandi cair yang ada di kamar mandi Aswin khusus laki-laki. Wanginya maskulin sekali. Kutuang ke telapak tanganku dan kuratakan di seluruh badanku.

Aku mengusap lebih lama di ketiak, payudaraku, dan memek-ku. Aku ingin badanku wangi. Setelah menyabuni seluruh badanku, aku bilas sampai bersih.
Aswin memberikan handuk yang cukup besar. Badanku langsung bisa kering semuanya. Segar sekali. Aku mengambil BH-ku..

uuhh.. masih basah dan bau keringat. Apa tidak usah pakai saja yah? Apalagi kan mau dipegang-pegang sama Aswin nanti.

Akhirnya aku memutuskan untuk tidak memakai BH. Celana dalampun tidak jg. Aku memakai kaos putih yang diberikan Aswin. Walaupun Aswin lebih pendek dariku, ternyata kaosnya kebesaran buatku. Bahkan bisa menjadi baju terusan.

Setelah mematutkan diri di kaca, aku memutuskan keluar kamar mandi hanya dgn memakai kaos Aswin saja. Rok biru SMP-ku jg kugantung saja. Biar kering sekalian lah.

Aswin yang sedang menyalakan komputer di kamarnya, ternganga begitu melihat aku keluar dari kamar mandi. Kaos putih Aswin cukup tipis. Puting dadaku yang berwarna pink terbayang keluar. Demikian jg bulu halus jembutku, memberikan bayangan hitam.
“Oki.. kamu cantik sekali.”
“Masa sih?” Aku tersipu malu.

Aswin mendekatiku. Aku semakin malu, menundukkan kepala. Diangkatnya daguku, Aswin berkata,
“Iya, Oki.. Kamu cantik sekali.” Aswin tersenyum kepadaku.
“Kita mau gimana nih, Win?”
“Kayak kemaren aja, Ki.”
Aku tertunduk malu. Mengingat kejadian kemarin yang cukup menyenangkan. Aswin perlahan-lahan menggerakkan tangannya ke arah dadaku. Aku menegakkan badanku sehingga dadaku semakin menonjol keluar. Aswin memegang dada kiriku dan dia terkejut.

“Kamu tidak pakai BH?”
“Iya, Win. Basah karena keringat. Bau lagi. Jadi aku gantung dulu saja di kamar mandi.”
Aswin menjadi semakin gemas. Kedua tangannya sekarang sudah aktif meremas-remas lembut dadaku. Ah.. nikmatnya. Benar-benar beda. Diremas Aswin berbeda sekali dgn aku meremas dadaku sendiri.
Aku jg tidak mau kalah. Aku pun mengarahkan tangan ke selangkangan Aswin. Aku melihat kalau ada yang seperti batang 15 cm yang menonjol keluar. Aku memegangnya dan Aswin mendesah..
“Ah…”
“Win.. kamu tidak pakai celana dalam yah?”

Aswin memang cuma memakai celana pendek yang berbahan tipis. Terasa sekali kekerasan batangnya.
“Iya, Ki.. Aku tidak pakai. Kalau di rumah memang aku terbiasa tidak pakai.”
“Oh gitu…” Aku mengocok halus batang Aswin.
“Aku jg tidak pakai lho.. Basah jg sih”
“Oh ya? Mana coba lihat..”

Aswin segera menyingkapkan kaosku dan memperlihatkan kemaluanku. Aku segera menutupnya dan bilang
“Curang!! Kalau mau lihat, kasih lihat punyamu jg dong.”
“Hahahaha.. Siapa takut?”

Aswin segera memelorotkan celananya. Pertama kali aku melihat kelamin laki-laki. Keras dan tegak. Seperti sedang memberi hormat kepadaku. Sangat indah.. aku begitu terpesona.
“Hei.. jangan bengong gitu dong. Katanya mau kasih lihat.”
“Eh iya.. sorry.. aku baru pertama kali lihat burung anak laki-laki. Kayak gitu toh.”

Aku pun dgn perlahan membuka kaos kebesaran ini. Tanpa sehelai pakaian dalam membuat aku langsung telanjang bulat. Aswin terlihat semakin nafsu. Burungnya bergerak naik turun.
“Eh.. bisa bergerak naik turun yah, Win?”
“Iya nih. Kaga tahu kenapa, jadi semakin keras dan membuat tititku naik turun.”

Aku jongkok di depan Aswin, ingin melihat lebih jelas.
“Burung kamu lucu jg yah.. Keras dan bergerak-gerak.”
Aku memegang kelamin Aswin dan mengelusnya perlahan-lahan. Rupanya Aswin sudah tidak tahan lagi. Tiba-tiba alat kelamin Aswin menyemprot wajahku berkali-kali.
“Aduh.. duh…Sorry, Oki.. Enak banget..”
“Lho Win, kenapa aku dipipisi?”

Tetapi baunya seperti bau kemarin, bau Bayclin, bukan bau pipis. Oh… rupanya kemarin seperti ini toh. Aku mengelap wajahku dgn tisu dan mencium tisu tersebut. Iya, betul.. ini baunya kayak kemarin, seperti bau Bayclin.
Aswin yang sejak tadi berdiri berjalan ke arah ranjang dan menjatuhkan dirinya di atas ranjang. Aku melihat burung Aswin mengecil.
“Win, kenapa burungnya menciut?”
“Aku jg tidak tahu.. tapi biasanya memang begini. Kalau pagi aku sering tegak, tapi kalau habis pipis biasanya memang ciut lagi.”
“Jadi tadi kamu memang pipis-in aku?”
“Bukan, Ki. Kayaknya aku menyemburkan sperma deh.”

Aku jadi teringat pelajaran biologi minggu lalu.
“Mana buku biologi kita, Win?”
“Itu di atas rak buku. Kenapa memangnya?”
Aku mengambil buku biologi dan membuka-buka halamannya.
“Nah ini dia..” Aku menemukan bab tentang reproduksi.
Di dalamnya terdapat ilustrasi kelamin laki-laki dan perempuan.
Aku meletakkan buku di sebelah burung Aswin dan mulai membandingkan ilustrasi dgn barang aslinya. Mirip jg.

Ada batang k0ntol. Dijelaskan kalau laki-laki terangsang secara seksual maka k0ntolnya akan mengeras. Oh… gitu toh.. rupanya Aswin terangsang. Pada saat ejakulasi akan menyemprotkan air mani yang mengandung jutaan sperma. Warna air mani seperti putih susu.

Oh.. rupanya Aswin menyemprotkan air mani, bukan air pipis. Jika sperma bertemu dgn sel telur maka akan menghasilkan zygot yang akan berkembang menjadi bayi.
Oh gitu.. Aku memang murid yang cukup pandai. Dan aku tahu kalau cara sperma ketemu sel telur adalah sperma masuk ke dalam memekku dan berenang ke arah sel telur. Berarti jangan sampai Aswin menyemprot di memekku.

Karena aku terus menerus memegang burung Aswin sambil membandingkannya dgn gambar di buku, burung Aswin mulai tegak lagi.
“Kamu ngapain sih dari tadi megang-megang titit dan bolak-balik buku biologi.”
“Aku lagi belajar, tahu! Lumayan.. jadi lebih ngerti tentang alat reproduksi cowok.”
“Mana sini lihat bukunya.”
Aswin membalik-balikkan halaman dan membuka halaman yang ada ilustrasi kelamin cewek.
“Ayo gantian. Aku jg pengen belajar.”

Aku melompat ke atas ranjang dan segera duduk. Aku mengangkang selebar mungkin. Aswin berusaha melihat tetapi kurang jelas. Aku pun berbaring dan kembali mengangkang selebar mungkin.
Aswin pun mulai belajar dgn seksama.

Ada labia mayora dan labia minora. Ada clitoris. Disentuhnya clitoris-ku dan aku berasa geli tapi enak. Dibukanya lebar-lebar labia mayora dan labia minora-ku Aswin mengatakan bisa melihat selaput daraku. Aku senang Aswin bisa melihatnya. Perlahan-lahan tapi pasti memekku mulai basah.

Aswin jg semakin seru meraba-raba memekku. Ah… akhirnya aku memegang tangan Aswin dan menuntunnya untuk menggesek-gesek kelaminku. Aswin terkejut tetapi mengerti. Cairan wanitaku jg semakin mempermudah gesekkan tangan Aswin.
“Lebih cepat Win..” Nafasku semakin memburu.

Belum pernah sebelumnya aku merasakan nikmat seperti ini. Berbeda sekali dgn kemarin. Kemarin walau sudah nikmat ketika dadaku diremas-remas Aswin, ini lebih enak lagi.
“Ayo Win.. lebih cepat lagi.”
Aswin pun semakin cepat menggosok kemaluanku. Aku pun tidak tahan lagi dan mengeluarkan teriakan kecil ketika puncak kenikmatan datang. Aku melentingkan badanku dan mengepit tangan Aswin di selangkanganku.

“Enak banget, Win!!”
“Kamu sampai puncak kenikmatan yah, Ki?”
“Iya, Win.. Enak banget..”
“Pantas.. sampai basah begini.. Cewek jg nyemprot yah kalo sampai?”
“Kayaknya gitu, Win.. kaga tahu ah.. tahunya enak doang..”
Aswin berbaring di sebelahku. K0ntolnya terlihat menjulang ke atas. Dia sepertinya sudah nafsu lagi tetapi melihat aku yang kelelahan karena baru pertama kali mencapai kenikmatan, dia hanya berbaring saja.

“Enak yah Ki, seperti ini…”
“Iya, Win.. badanku langsung berasa lemas… tapi enak.”
“Mau gak kalau tiap hari kita kayak gini?”
“Tiap hari, Win? Boleh jg. Tapi harus dipikirin ngomong ke orangtua kita gimana.”
“Iya. Yang pasti gampang sih bilang belajar bersama.”
“Benar jg.. tapi harus beneran belajar jg. Biar nilai kita beneran bagus.”
“Iya.. kalau nilai malah anjlok, aku nanti disuruh les. Kalo les, mana bisa kayak gini.”
“Ok kalau gitu, Win. Mulai besok kita selalu belajar bersama, terutama belajar biologi.” Aswin tersenyum manis sekali.

Aku melihat jam dan sudah pukul 17:45. Sudah harus pulang. Aku segera ke kamar mandi dan bertukar pakaian. BH, celana dalam, dan seragamku sudah lebih kering. Aku memakainya dgn rapi. Biar orangtuaku tidak curiga. Aswin pun mengantarku pulang dgn menemani aku di angkot sampai ke rumahku.

Esok harinya aku membawa baju ganti. Biar di rumah Aswin lebih nyaman. Aswin dan aku keluar dari kelas bersama-sama. Kami sepakat untuk mengerjakan PR Matematika bersama nanti. Kami disambut Mbok Inem. Mbok Inem telah menyediakan pisang goreng dan es teh manis di kamar Aswin. Aku permisi ke Aswin untuk mandi dulu.

Aku membersihkan seluruh badanku dgn seksama. Kali ini aku membawa sabun mandi favoritku. Perpaduan wangi Jasmine dan Green Tea.
Aku keluar kamar mandi memakai celana pendek dan kaos ketat. Tentu saja BH tidak kupakai. Basah karena keringat. Kaos ketatku memperlihatkan bentuk payudaraku dgn jelas.

Bahkan putingku terlihat sangat menonjol. Aswin terperangah melihat penampilanku yang seperti ini. Ia mendekatiku dan memberikan pujiannya. Dan tangan nakalnya menyentuh putingku dgn sengaja.
“Iseng deh kamu. Sana mandi biar tidak bau keringat” Aswin menurut dan segera menyambar handuk.
Terdengar suara shower yang hanya sebentar saja. Aswin keluar dgn hanya memakai celana pendek.
“Mandinya bersih gak sih? Kok cepat amat.”
“Eh, ngeledek. Bersih dong. Kalo kaga percaya, cium sini. Udah wangi nih”
“Mana coba?”

Aku mendekati Aswin dan kuperhatikan burungnya sudah tegak.
“Eh.. sudah tegak. Udah kaga sabar yah?”
“Iya Ki.. Sudah nafsu lagi nih.”
“Hahaha… sabar dong Win. Kita bikin PR dulu. Baru kita begituan.”
“Yaaa…” Aswin tidak menutupi kekecewaannya.

Tapi aku bersikukuh untuk menyelesaikan PR dulu. Lucu jg melihat Aswin berusaha konsentrasi ke PR dgn k0ntol yang tegak seperti itu. Untung PRnya sedikit. Jadi kita cepat selesai.
Aku jg sudah tidak tahan lama-lama mengerjakan PR. Tidak sabar melihat k0ntol tegaknya. Gemas yang tak tertahankan membuatku langsung meremas k0ntol Aswin. Aswin kaget tetapi hanya tertawa saja. Tangan Aswin pun segera menggerayangi payudaraku. Enak banget sih.
Tiba-tiba aku punya ide.

“Win, nyalain komputer dong.”
“Mau ngapain, Ki? Bukannya kita mau begituan?”
“Nyalain aja dulu.”
Aswin menurut. Aku segera membuka google. Aku mengetikkan memek di search bar. Lalu keluarlah gambar-gambar wanita telanjang dalam berbagai posisi. Aswin cukup terkejut dgn gambar-gambar itu. Aku melihat beberapa gambar dan meng-klik gambar wanita yang sedang dijilat memeknya. Gambar itu menjadi lebih besar dan jelas.
“Win.. aku mau seperti ini dong.”
“Wow.. aku.. tidak nolak.. hahaha….”

Aswin menuntunku ke ranjang. Aku disuruh duduk di tepi ranjang. Kedua kakiku diangkat sehingga posisiku menjadi mengangkang. Memekku sudah mulai basah. Celanaku dilepas dan dibuang menjauh. Aswin perlahan-lahan mendekatkan wajahnya ke memekku. Dijilatnya sekali.
“Hmmm… rasa memek kamu enak, Ki.”
“Kalau gitu, jilat lagi dong Win.”
Aku pun merasakan sensasi nikmat yang berbeda. Aswin mulai memainkan lidahnya. Kiri dan kanan. Atas dan bawah.

Seluruh bagian memekku dijilat. Aswin membuka belahan memekku lebih lebar dan dijilatnya. Oww.. nikmat banget. Aku merasakan lidahnya disodok-sodokkan ke dalam. Bahkan sampai berasa ke selaput daraku.

Ketika jilatan lidah Aswin mengenai clitorisku, aku merasakan kenikmatan luar biasa.
“Win, jilat lagi tempat tadi.”
“Di sini?”
“Iya betul, Win… terus di situ..”
Aswin pun terus menerus menjilati clitorisku.
“Hisap Win.. hisap yang kuat..” aku mulai meracau kenikmatan.
Aswin sudah mulai merasakan perbedaan bentuk memekku. Dia merasakan clitorisku sudah seperti kacang kecil. Dihisapnya keras-keras. Tidak lama kemudian aku mencapai puncak kenikmatan. Kepala Aswin aku jepit keras-keras agar tidak meninggalkan selangkanganku. Ingin rasanya lidah Aswin menusuk lebih jauh.

“Ahh…. aku samm..samm..sammpaiiii.. Win..” jeritku perlahan.
Kulepaskan jepitan kakiku di kepala Aswin. Aswin bangun dan terlihat wajahnya berlepotan cairan wanitaku. Wajahnya terlihat sexy sekali. Aku pun bangun dan memeluk Aswin. Kepalanya aku benamkan di dadaku.

“Enak banget, Win.. Thanks yah.”
“mmmIIya..mmmaku..mmjg..mmenak.” Aswin menjawab dalam dekapan dadaku.
Aku melepaskan pelukanku dan menarik Aswin ke ranjang. Aku dorong dia ke ranjang dalam posisi terlentang.

“Sekarang gantian.. biar aku yang jilat titit kamu, Win.”
Aku tarik celananya. Burung Aswin terlihat telah tegak.
Aku memegangnya dan mulai menjilati kepala titit Aswin. Aswin mendesis kenikmatan. Seluruh batang Aswin aku jilati, tidak ada yang terlewat. Bahkan bijinya pun aku jilati satu per satu.
Aku mulai memasukkan kepala titit Aswin dan mengulumnya dgn lembut.

Aswin semakin menikmati sensasi di tititnya. Aku pun mulai menaik turunkan kepalaku, mengocok lembut batang keras ini. Aswin pun mulai menggerakkan pinggulnya mengikuti irama kepalaku.
Hal ini semakin membuatku gemas. Aku pun berusaha memasukkan seluruh batang Aswin ke mulutku. Wow.. Aku berhasil memasukkan semuanya sampai ke pangkal. Tenggorokanku terasa penuh. Tapi aku hampir tersedak, segera mencabutnya dan melanjutkan kocokan dgn mulutku. Aswin semakin cepat menggerakkan pinggulnya. K0ntolnya terasa semakin membesar.

Aku semakin erat mengulumnya. Tiba-tiba Aswin menyemburkan air maninya ke dalam mulutku. Tangannya menahan kepalaku, membuatku tidak bisa menghindari semburan ini. Rasanya banyak sekali membuatku secara refleks menelan sperma yang banyak. Sebagian malah telah lari ke hidungku membuatku bangkis sperma. Aswin tertawa melihatnya dan akupun tertawa jg. Air mani Aswin sangat enak.

Asin yang enak. Bau Bayclin jg tetapi tidak menyengat.
“Gila, Ki.. Enak banget sih diemut sama kamu.”
“Kamu jg enak emut Oki tadi.”
“Sorry yah sampai nyemprot di mulut kamu.”
“Iya nih.. sampai kepalaku jg ditahan…”
“Sorry.. soryy…”
“Kaga apa, Win. Aku suka air mani kamu. Enak rasanya.”

Hari sudah pukul 18.00. Aku harus pulang. Tetapi aku sempat melirik ke komputer Aswin yang masih menampilkan gambar-gambar telanjang. Aku melihat cukup jelas ada gambar dimana seorang wanita dibuka lebar-lebar kakinya dan di memeknya menancap k0ntol laki-laki. Aku tahu pasti itu menancap.
Karena aku bisa membandingkan k0ntol Aswin dgn gambar tersebut. Kepala k0ntol tidak terlihat, hanya pangkal k0ntol saja yang sudah menempel ke memek. Wah.. apa rasanya dimasukkan seperti itu yah? Pikiran itu memenuhi kepalaku sejak perjalan pulang dari rumah Aswin. Tetapi aku masih kelelahan akibat nikmatnya permainan lidah Aswin dan tertidur lebih awal.

Hari ini aku tidak bisa ke rumah Aswin. Aku sangat kecewa. Aswin pun begitu.
Di rumahku sedang ada persiapan membuat kue untuk tante. Besok, Sabtu, Mama dan Papa mau ke rumah tante di Bogor. Baru pulang hari Minggu.

Aku tidak mau ikut dan Papa tidak keberatan. Harus ada yang jaga rumah, katanya. Walaupun aku anak perempuan satu-satunya, aku sering ditinggal sendiri di rumah dgn pembantu. Orang tuaku cukup percaya.

Malamnya aku menelpon Aswin memberitahukan kemungkinan rumah kosong selama Sabtu. Aswin menyambut kabar gembira ini. Aku menutup telepon dan mulai merencanakan bagaimana supaya Mbak Juminten bisa keluar rumah. Aku berencana untuk memasukkan titit Aswin ke dalamku. Google kupakai untuk melihat berbagai gambar senggama. Berbagai informasi kucari.

Aku tahu kalau pertama kali berhubungan bisa sakit. Untuk itu aku pikir harus aku yang mendorong masuk. Biar bisa diatur tingkat kesakitannya.
Pagi-pagi buta, orang tuaku sudah berangkat. Aku tidak tahu kapan perginya. Mbak Juminten aku kasih tahu agar menelpon pacarnya dan pergi pacaran.

 Dia bingung tapi senang dapat ijin seperti itu. Aku bilang pulang malam jg tidak apa-apa, tapi jangan lewat dari jam sembilan. Dia tanya siapa yang akan menemaniku. Aku bilang nanti teman-teman akan datang.
Jam 7.30 Aswin sudah mengebel rumahku. Mbak Juminten membukakan pintu mempersilahkan Aswin duduk. Aku panggil Mbak Juminten memberitahunya bahwa dia sudah boleh pergi. Tetapi pacarnya baru menjemput pk 8.00.

Aku dan Aswin berbicara ke sana ke mari sambil menunggu mbak Juminten dijemput.
“Win.. dah makan pagi belom?”
“Belom Ki.”
“Mau makan gak? Ada roti nih dan berbagai macam selai.”
“Boleh jg. Abis tadi buru-buru langsung jalan sih.”
“Hahahahaha.. aku tahu kenapa buru-buru.”
“Iya deh… hahahaha.. Mamaku sampai bingung. Hari Sabtu bisa bangun pagi.”
“Aku belum mandi nih. Mandi dulu yah. Nanti kalo mbak Juminten pergi, kamu bantu kunci rumah yah!”
“Ok, Ki!”

Pada saat aku mandi, Mbak Juminten berteriak pamitan. Aku bilang biar Aswin yang bantu kunci pintu. Akupun segera mempercepat mandiku. Setelah selesai mengeringkan badanku dgn handuk, aku mengintip keluar. Mendengarkan kalau Mbak Juminten memang sudah pergi. Hanya suara TV di ruang keluarga. Aswin memang sedang menonton TV. Aku memutuskan untuk tidak berpakaian. Hanya memakai handuk.

Aku mengendap-endap ke belakang Aswin yang sedang asyik menonton TV.
“DORR!!”
“Aduh.. aduh.. kaget tahu!”
“Hahahahaha…Kena kamu.”
Aswin membalikkan badan mau marah tetapi tidak jadi. Badanku yang hanya tertutup sebagian saja dgn handuk menjadi pereda amarah.
“wow.. sexy banget kamu, Oki!”
“Gombal deh!”
“Biarin.. yang penting menurutku, kamu memang sexy!”

Aku mengambil handukku dan menimpuknya ke arah Aswin. Aswin menangkisnya dan mengejar diriku yang telanjang bulat.
Aku pun tertangkap dgn mudah. Aku memang sengaja tidak lari jauh-jauh. Aswin memelukku dari belakang.

Tangannya segera menutupi dadaku. Nyaman sekali. Pantatku pun merasakan kalau batang Aswin sudah tegak.
“Ayo kita ke kamarku.”
Aku menuntun Aswin ke kamarku. Kamar yang belum pernah dimasuki laki-laki kecuali Papa. Pintu kamar aku biarkan terbuka. Toh.. tidak ada orang lain. Begitu masuk aku segera membalikkan badan dan jongkok.

Aku membuka celana jeans Aswin dan menurunkannya. Terlihat jelas celana dalam Aswin berusaha keras menutupi batang yang mengeras. Akupun menurunkan celana dalam Aswin. Burung Aswin segera membebaskan diri dan menantangku.

Aku yang sudah nafsu segera menjilati burung penantang ini. Aswin yang kenikmatan mulai menggerakkan pinggulnya.
Tangan Aswin membelai kepalaku selama mulutku digagahinya. Cukup lama mulutku dikocok-kocok sang burung. Ketika aku merasakan Aswin hendak menyemprot, aku hentikan kegiatan nikmat ini.
“Yah.. kok berhenti, Ki? Nanggung nih..”
“Biarin aja… Biar kamu tahan dulu. Masa baru sebentar sudah selesai.”

Aku menarik Aswin ke depan komputer dan menyuruhnya duduk di sebelahku. Kemarin malam aku sudah menyimpan beberapa gambar dari Google. Beberapa pose pria dan wanita bersenggama. Bahkan beberapa di antaranya ada satu wanita yang digagahi lebih dari satu pria. Aku memperlihatkan gambar-gambar ini ke Aswin.

“Wow.. Oki.. ternyata suka gambar porno yah?”
“Bukan.. cuma lagi studi banding. Hahahaha..”
Koleksi yang ku-download cukup banyak. Aswin melihat-lihat beberapa dan berhenti di foto favoritku. Seorang wanita terlihat senang dimasuki memeknya oleh titit yang besar.
“Kamu mau kayak gitu, Win?”
“A..aa…aaku….” Aswin tergagap. Mungkin terkejut.
“Kok malah jadi gagap sih.. Mau, gak?”
“A..Aku… memangnya bisa yah masuk begitu?”
“Kita coba aja yuk, Win. Biar tahu.”
Aku memang sudah membayangkan senggama sejak semalam.
Titit Aswin yang keras memasuki memekku..
Oh… apa rasanya yah?

Aku menarik Aswin ke ranjang. Kaosnya aku lepaskan sehingga Aswin sekarang telanjang bulat jg. Aku membaringkan diriku di ranjang, sama seperti gambar senggama itu.
“Ayo, Win. Sini.” aku mengajak Aswin.
Aswin dgn tititnya yang mengeras mendekat.
“Gimana caranya, Ki?”
“Masukin saja ke sini.”Aku menunjuk memekku yang sudah basah.
Aku meraih titit Aswin dan mulai menggesekkan ke memekku. Aswin mengalami kenikmatan.
“Win.. jangan nyemprot dulu yah.. kamu harus masukin dulu baru boleh nyemprot.”
“Ok, Ki!”

Aswin mengambil alih kegiatan. Ia menggosokkan tititnya dgn teratur. Aku merasakan kenikmatan yang luar biasa. Baru di luar saja sudah enak begini. Apalagi kalau dimasukin ke dalam yah.
“Win.. masukin dong pelan-pelan. Pelan-pelan lho. Abis katanya sakit kalo pertama kali dimasukin.”
“Ok Ki.. Kalo memang sakit, bilang yah.”
“Iya Win.. Pelan-pelan.. tapi kalau aku kesakitan, jangan langsung dicabut. Aku coba tahan sakitnya.”
“Ok Ki..”

Aswin mengubah posisinya lebih mendekat. Tititnya dipegang sambil diarahkan ke memekku. Aku merasakan kalau memekku mulai didesak batang keras. Aku mulai tegang dan pahaku mulai menutup sehingga Aswin kesulitan.
“Ki.. kok jadi tegang sih.. Relaks aja.”
“Iya, Win… sorry.. bentar.. ambil nafas dulu…” Aku mengatur nafas sehingga aku lebih relaks.
Aswin pun melanjutkan usahanya. Aku lebih relaks sekarang. Aku merasakan batang itu sudah menyeruak lebih dalam. Mentok. Selaput daraku menahan laju lebih lanjut.

“Tahan Win.. Biar memekku terbiasa dulu sebentar.” Aswin melihat ke bawah dan tersenyum.
“Oki.. kepala tititku sudah ditelan memek kamu.” Aku pun bahagia melihat reaksi Aswin.
Memekku terasa sesak tetapi sudah mulai terbiasa. Selaput daraku terasa diketok-ketok oleh denyutan titit Aswin. Aku menarik nafas mengatur irama. Aku menyiapkan diri agar Aswin bisa menembusku.
“Ayo Win.. Aku rasanya sudah siap. Langsung sodok yang keras yah. Biar jebol.”
Aswin semakin nafsu. Sodokan pertama kurang kencang. Aku merasakan sedikit kesakitan. Sodokan kedua pun masih kurang kuat. Aku mulai meringis kesakitan.

“Sakit yah, Ki? Apa stop saja?”
“Jangan, Win…Masih bisa tahan sakitnya.. Yang kuat dong sodoknya..”
“kamu atur nafas dulu gih.. biar lebih relaks.. kayaknya terlalu dijepit. Susah sodoknya.”
Aku mengikuti anjuran Aswin. Rasa sakit perlahan-lahan menghilang. Begitu aku menarik nafas lega, tiba-tiba Aswin menyodok dgn kuatnya. Aku mengigit bibirku menahan sakit. Kurasakan ada yang robek di memekku. Air mata menahan sakit menitik di kedua mataku. Aswin melihatku dgn tidak tega. Dia berusaha menarik tititnya tetapi memekku masih berasa sakit. Aku pun menahan pinggulnya.
“Jangan gerak dulu, Win. Masih sakit.” Aswin mengangguk.

Memekku berasa penuh sekali. Rasanya ada yang mengganjal. Iya lah.. ada titit Aswin yang sedang keras-kerasnya di dalamku. Aku mengambil handphoneku yang memang ada di sebelahku.
“Win.. foto-in dong. Aku kan tidak bisa melihat ke bawah.”

Aswin mengambil beberapa foto sesaat setelah tititnya berhasil menjebol perawanku. Terlihat jelas kalau titit Aswin masuk sepenuhnya. Darah perawanku pun terlihat jelas melumuri sekeliling memek.
Aku tersenyum bahagia. Ah.. rupanya seperti ini kalau difoto. Persis seperti gambar-gambar di komputer. Aswin mulai menggerakkan pinggulnya secara perlahan. Sepertinya takut-takut. Takut aku masih kesakitan. Memang sih aku masih merasakan perih tetapi sudah jauh lebih baik. Goyangan perlahan Aswin membuatku lebih terangsang daripada kesakitan.

“Oki.. memek kamu luar biasa deh. Aku merasakan remasan yang nikmat.”
“Aku jg enak, Win. Batang keras kamu rasanya mengganjal penuh di dalamku.”
Aswin terus menggoyangkan kemaluannya, keluar masuk kemaluanku. Aku mulai menikmati permainan ini. Ah.. tidak salah memang memilih Aswin sebagai teman bermain.

Semakin lama semakin cepat goyangan Aswin dan aku semakin terangsang. Badanku mulai semakin menegang menuju puncak kenikmatan. Setiap Aswin menyodokku, akupun menyambutnya dgn sodokan jg. Terasa titit Aswin menyentuh rahimku. Wah.. rahimku.. jangan sampai Aswin nyemprot di dalam. Bisa hamil nih. Baru saja aku berpikir demikian, Aswin berteriak sambil menyodok lebih dalam. Dan aku merasakan semprotan-semprotan panas di dalamku. Hal ini malah membuatku lebih terangsang dan aku malah menggerakkan pinggulku. Mempercepat perjalananku menuju puncak kenikmatan.
“Ah.. ah.. ah… AAAHHHHH…”

Aku pun mencapai puncaknya berbarengan dgn semprotan terakhir dari Aswin.
Aswin melepaskan semua muatannya di dalamku. Aku sudah tidak peduli lagi apakah aku hamil atau tidak. Aswin terjatuh memelukku. Tititnya masih di dalamku. Aku merasakan kehangatan cinta, di dalamku dan dalam pelukan Aswin.

Ketika kekuatan kami pulih, Aswin bangun dan mulai mengulum-ngulum dadaku. Ah.. enak banget.. memang baru kali ini Aswin mengulum dadaku. Aku merasakan memekku basah lagi. Aswin terlihat menikmati dadaku. Aku seperti seorang ibu yang sedang menyusui anaknya. Bahagia rasanya.
Aswin berpindah mengulum dadaku yang satu lagi. Wow.. kenikmatan dobel. Tanganku secara naluriah mencari titit Aswin. Aswin mendekatkan tititnya ke tanganku dan mulai merasakan pijatan yang aku lakukan. Masih lembek tititnya tetapi aku merasakan kekerasannya mulai kembali.

“Win.. stop dulu.. Aku haus.” Aswin menghentikan hisapannya di dadaku.
“Iya aku haus jg. Hisap-hisap dada kamu tidak ada yang keluar.”
“Yeee… gimana sih? Kalo ada susunya berarti aku sudah hamil dong. Ambil air minum gih di kulkas.” Aswin menurut dan berjalan keluar menuju kulkas. Tititnya yang setengah keras bergoyang ke sana sini selagi ia berjalan.

Aku bangun dan merapikan ranjang. Wah.. darah perawanku membasahi sprei ranjangku. Ah.. bilang aja nanti darah mens-ku merembes. Hatiku senang sekali sudah bisa merasakan titit di dalamku. Rasanya masih mengganjal saja.
“Nih, Ki.. air dinginnya.. Wah.. darahnya kena ranjang yah?”
“Iya Win.. thanks yah!” Aku mencium bibir Aswin. Pertama kali aku mencium bibir cowok. Mustinya sih kalau lihat film-film, ciuman terjadi sebelum senggama. Tetapi aku sudah terlalu nafsu. Jadi langsung ke kelamin deh. Aswin yang jg baru pertama kali menciumku cukup kaget tetapi terus melanjutkan ciumannya.

Aku melepaskan bibirku dan minum lagi. Aswin ternganga dgn pose masih seperti menciumku. Manis sekali.. Aku tertawa melihatnya. Aswin mengambil gelas di tanganku dan meminum air dingin seteguk.
“Wah.. baru jam sepuluh.. kita bisa berapa kali kayak gini yah, Ki?”
“Sekuat kamu aja, Win. Aku suka banget merasakan titit kamu di dalamku.”
“Kalo begitu, ayo lanjut.”

Aswin dgn sigap menarikku ke atas ranjang. Dia menindihku tetapi masih menahan badannya dgn siku tangan. Ia mulai mencium bibirku dgn lembut. Aku menerimanya dan mulai membuka bibirku. Lidah Aswin mulai menari di dalam mulutku. Memainkan lidahku. Enak sekali.
“Wow, Win.. enak banget lidah kamu. Belajar di mana sih?”
“Kaga belajar di mana-mana. Kamu tuh cewek pertama yang aku cium.”
“Oh.. gitu.. kok kayaknya sudah ahli dalam ciuman sih? Aku suka banget.”

Aku merasakan titit Aswin mulai keras lagi. Aswin kembali melanjutkan ciumannya. Mulai dari bibir, ke leher, ke payudaraku.. kiri dan kanan.. Ke perutku.. ke pusar… ke paha.. dan bulu-bulu halus jembutku. Baru kali ini aku merasakan seluruh badanku diciumi. Aku sampai merinding karena nikmatnya.
Aku menggapai titit Aswin dan menemukannya dalam kondisi sudah sangat keras. Aku bangun dan segera menjilati kepala titit Aswin.

Entah kenapa rasanya enak sekali menjilati titit. Aku mulai tidak dapat menahan diri. Aswin kudorong agar terbaring. Tititnya menjulang ke atas. Aku memegangnya dan mengarahkannya ke memekku. Perlahan-lahan kududuki titit yang keras itu. Masuk secara perlahan tetapi nikmat ke dalam kelaminku.
Aku mulai bergerak naik turun. Rasanya nikmat sekali.
“Win.. tiap hari kita senggama kayak gini yuk”
“Siapa takut?”
“Hahaha.. bisa aja kamu.”

Aku pun terus menerus naik turun sampai libidoku meningkat secara perlahan. Tangan Aswin selama ini meremas-remas payudaraku.
“Kenyal banget sih dada kamu, Ki! Pengen hisap-hisap terus deh.”
“Hisap gih.” Aku mengubah posisi, mendekatkan dadaku agar mudah dihisap oleh Aswin. Hisapan Aswin dan titit keras Aswin yang keluar masuk diriku, membuatku mabuk kepayang. Aku pun mempercepat goyanganku, membuat dadaku bergerak liar.

“Hnn..hnnn..oohhh..ohhh.. ahhh.. AAAAHHHHHH” Aku berteriak kenikmatan..
Aswin yang belum sampai, mengubah posisi menjadi doggy style. Tititnya dimasukkan dari belakang. Sodokan-sodokan lembut Aswin perlahan-lahan menjadi kasar. Biji Aswin bergoyang-goyang menepuk clitorisku. Perasaan nikmat doggy style sangat berbeda.

Tidak lama aku pun menyemprotkan kehangatan ke titit Aswin. Aswin masih kuat menggoyang-goyangkkan pinggulnya. Tetapi kurasakan kalau Aswin hendak menyemprot kembali. Aku ingat kembali akan resiko hamil tetapi sudah tidak ada tenaga melawan kenikmatan ini. Sodokan-sodokan Aswin semakin liar dan..

“Ahhh.. ENAK BANGET.” Aswin berteriak dan menyemburkan air maninya kembali.
Kami berdua telah keringatan luar biasa. Keringat kami sampai menetes deras. Tetapi aku suka sekali badan Aswin yang keringatan. Bau tubuhnya sangat merangsang.
Total telah 3 jam kami berhubungan badan. Perut terasa lapar jg.
“Win.. makan yuk.. Lapar jg nih.”
“Ayo.. makan apa? Ada apa yang bisa dimakan?”
“Ada nasi putih.. tapi kaga tahu ada sOkir atau tidak. Atau mau mi instan?”
“Wah jangan mi instan. Kalo kaga ada sOkir, kita bikin nasi goreng saja.”
“Memangnya kamu bisa masak, Win?”
“Bisa dong.. tapi memang cuma nasi goreng doang.”
“Ayo deh kalo gitu.”

Kami berdua dgn badan telanjang dan keringatan menuju dapur. Aku sempat mengambil handuk untuk mengelap keringat kami berdua. Jadi kami memasak nasi goreng untuk makan siang. Kami menyantap di meja makan sambil tetap telanjang. Aku perhatikan sekali-kali titit Aswin menegang dan melembek. Gemas deh.

Habis makan siang kami membereskan perabot dan mandi siang. Menghilangkan keringat sehabis ronde pagi. Kamar mandi keluargaku cukup besar untuk kami mandi berdua. Ini kali pertama aku mandi bersama laki-laki.

Aku menggosokkan punggung Aswin dan mengusap-usap titit Aswin. Tititnya jadi keras lagi. Aswin pun menggosok punggungku dan tangan nakalnya jg beraksi di dadaku dan memekku. Tetapi aku mencegah Aswin terlalu lama di memekku. Masih perih.

Tidak kurasa baru beberapa hari sejak kejadian tabrakanku dgn Aswin, pengetahuan seks kami bertambah dgn cepat. Bahkan aku sudah melakukan senggama. Enak banget lagi.
“Win.. kalau kemarin itu kita tidak tabrakan, kira-kira kita bisa begini gak yah?”
Aswin yang masih menyabuni dadaku dari belakang meremasnya.
“Yah… mana mungkin, Ki. Aku cuma bisa mengagumi kamu dari jauh. Kamu cantik, Ki”
“Gombal ah”

Aku melepaskan pelukan Aswin dan berbalik menghadapinya. Aku raih tititnya dan mengocok lembut dgn sabun.
“Menyesal gak tabrakan dgnku?”
“Kaga”
“Menyesal gak pegang-pegang dadaku?”
“Mana mungkin bisa menyesal.”
“Menyesal gak hisap-hisap dadaku dan memekku?”
“Kalo boleh, mau setiap saat.”
“Benar nih?”
“Iya dong.”
“Kalo tiap hari masukin titit ke dalamku?”
“Apalagi itu. Kalo bisa terus nempel, mau terus nempel.”
“Kalo gitu janji yah.. Setiap saat memungkinkan, Aswin harus memasukkan tititnya ke memek Oki.”
“Wah.. kalo janji seperti itu.. Aswin tidak akan mengingkarinya. Aswin berjanji.”

Kami pun menyudahi mandi bersama. Saling mengeringkan badan. Saling memainkan kelamin. Kami pun kembali ke kamarku. Berbaring telanjang. Perut kenyang dan kelelahan membuat kami mengantuk. Kami pun tertidur sambil berpelukan. Tentunya posisi ini aku manfaatkan dgn baik. Aku tertidur sambil memegang titit Aswin.

Rasanya belum lama kami tertidur, bel rumah berbunyi. Kami berdua terbangun dgn panik. Mbak Juminten sudah pulang. Jam berapa nih? Kami buru-buru berpakaian. Aswin tidak dapat menemukan celana dalamnya. Akupun hanya memakai BH dan daster panjang. Setelah melihat bahwa kami cukup sopan berpakaian, aku segera membukakan pintu.

“Kok lama bukain pintunya?” Mbak Juminten bertanya curiga.
“Itu tadi Aswin lupa taruh di mana kuncinya.”
“Lho, Aswin masih di sini?”
“Iya lah… masa meninggalkan aku sendirian di rumah?”
“Halo Mba Ju” sapa Aswin. “Baru pulang nih?”
“Iya.. Kalian sudah makan? Sini biar Mba Ju siapkan makan sore”

Wah.. memang sudah sore rupanya.
Mba Ju pun menyiapkan makan malam buat kami berdua. Kami makan sambil tersenyum-senyum. Apalagi Mba Ju selalu ada di dapur, tidak keluar.

Sambil makan aku mengelus selangkangan Aswin, mengetahui dia belum mengenakan celana dalam. Dasterku pun tersingkap sampai selangkangan. Aswin jg senang mengelus pahaku sambil sesekali mengenai memekku.

Selesai makan malam aku meminta Mba Ju untuk membereskan meja makan. Kami berdua pindah kembali ke kamarku
sambil memberikan alasan kalau tugas sekolah kami tinggal sedikit lagi. Aswin mengerti maksudku. Begitu masuk kamar, aku segera menguncinya.

Berbalik ke Aswin dan segera membuka jeansnya. Titit Aswin sudah keras sekali dan memekku memang sudah sangat basah. Aswin segera kudorong ke ranjang. Aku senang dgn posisi di atas. Titit Aswin segera kududuki. Sekarang lebih mudah masuknya. Masih sedikit perih tapi sudah jauh lebih enak.
Akupun menggoyang-goyangkan pinggulku.

Nikmat sekali. Aswin pun terlihat sangat menikmati. Tangan Aswin bersemangat memainkan kedua buah dadaku. Aswin bergeser ke posisi duduk sehingga bisa menghisap dadaku. Aku serasa melayang di angkasa. Dadaku terasa sangat nikmat dihisap Aswin.

Tidak lama aku merasakan badan Aswin mulai bergetar. Aku tahu sekarang kalau Aswin ingin menyemburkan benih-benihnya di dalamku. Pengetahuan ini malah membuatku ingin segera merasakan kehangatannya. Kupercepat goyangan pinggulku. Aswin pun semakin buas melahap dadaku.
“aaarrhhhh… aku nyemprot lagi, Ki….”

Aku puas dan bahagia sekali. Kehangatan sperma memenuhi kelaminku.
Kami pun membersihkan diri dgn tisu. Kami menemukan celana dalam Aswin di tumpukan bantal, tetapi aku bilang aku mau menyimpannya.

 Aswin kusuruh memilih salah satu celana dalamku untuk dipakainya. Tukeran.
Aku menyukai bau kelamin Aswin yang menempel di celananya. Malam itu aku tertidur sambil menghirup wangi air mani di celana dalam Aswin dan bermasturbasi.
Sponsor :  
agen poker online terpercaya di indonesia

0 Response to "Cerita Pengalaman Seks Di Kelas 3 SMP"

Posting Komentar